Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 12:1--14:20 - -- Bab 12-14 Bagian ini melanjutkan penggambaran persiapan akhir dunia. Dengan cara dan gambar-gambar lain bagian ini melukiskan perjuangan yang kini ber...
Bab 12-14 Bagian ini melanjutkan penggambaran persiapan akhir dunia. Dengan cara dan gambar-gambar lain bagian ini melukiskan perjuangan yang kini berlangsung antara Naga dan Anak Domba. Bab 12 mencampurkan unsur-unsur dari dua penglihatan yang berbeda, yaitu: perjuangan Naga melawan Perempuan serta keturunannya, Wah 12:1-6 dan Wah 12:13-17; perjuangan Mikhael melawan Naga, Wah 12:7-12.
Jerusalem: Why 14:1-5 - -- Dengan pengikut-pengikut binatang, yang membawa meterai bilangan namanya, Wah 13:16-17, Yohanes memperlawankan orang-orang yang setia pada Anak Domba,...
Dengan pengikut-pengikut binatang, yang membawa meterai bilangan namanya, Wah 13:16-17, Yohanes memperlawankan orang-orang yang setia pada Anak Domba, Wah 5:6+, dan yang dimeterai dengan nama BapaNya, Wah 7:4; 12:17. Inilah "Sisa", Wah 11:1+, yang di tengah-tengah penganiayaan tetap setia. Berpangkal pada mereka Kerajaan akan dipulihkan setelah kemenangan tercapai. Bukit Sion (Wah 14:1), ialah tempat takhta Allah, bdk Wah 21:1+.
Ende -> Why 14:5
tidak memungkiri Kristus dan Allah dengan turut menjembah dewa-dewa.
Ref. Silang FULL -> Why 14:5
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 14:5 - -- 14:5 Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Pada zaman Anti-Kristus, zaman yang penuh dengan segala dusta, mereka tidak...
14:5 Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Pada zaman Anti-Kristus, zaman yang penuh dengan segala dusta, mereka tidak berdusta. Ini sesuai dengan nubuat yang terdapat dalam Zefanya 3:13, waktu nabi berkata mengenai "sisa Israel itu" bahwa "mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu...."494 Kaitan Wahyu 14:15 dengan nubuatan itu memang kuat, karena dalam pasal 3:15-16 Nabi Zefanya berkata, "Raja Israel, yakni Tuhan, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi... hai Sion!"
Sehubungan dengan penglihatan ini, kita perlu mempelajari tema sisa Israel, yaitu keturunan jasmani dari Abraham, Ishak, dan Yakub, yang akan diselamatkan sebagai penggenapan dari janji Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:1-3, karena dalam penglihatan ini Yohanes menceritakan "buah sulung" dari sisa Israel. Sebenarnya ada banyak ayat dalam Alkitab yang membahas nubuatan mengenai sisa Israel yang akan diselamatkan, antara lain: Yesaya 10:20-23; 11:11-16; Yeremia 23:1-8; 31:1-14; 50:20; Yehezkiel 9:8; Yoel 2:32; Mikha 2:12; 4:7; 5:6, 7; 7:18; Zefanya 2:7, 9; 3:13; dan Roma 9:27. Pembahasan yang paling lengkap terdapat dalam Roma pasal 11:11-36. Tema ini juga muncul dalam Wahyu 12:17.
Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13)
Pesan dari ketiga malaikat itu saling berkaitan dan semakin meningkat: panggilan untuk bertobat, pengumuman tentang hancurnya Babel ibu kota kejahatan, dan penyiksaan terhadap penyembah binatang tersebut.
Hagelberg: Why 14:5 - -- 14:5 Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Pada zaman Anti-Kristus, zaman yang penuh dengan segala dusta, mereka tidak...
14:5 Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Pada zaman Anti-Kristus, zaman yang penuh dengan segala dusta, mereka tidak berdusta. Ini sesuai dengan nubuat yang terdapat dalam Zefanya 3:13, waktu nabi berkata mengenai "sisa Israel itu" bahwa "mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu...."494 Kaitan Wahyu 14:15 dengan nubuatan itu memang kuat, karena dalam pasal 3:15-16 Nabi Zefanya berkata, "Raja Israel, yakni Tuhan, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi... hai Sion!"
Sehubungan dengan penglihatan ini, kita perlu mempelajari tema sisa Israel, yaitu keturunan jasmani dari Abraham, Ishak, dan Yakub, yang akan diselamatkan sebagai penggenapan dari janji Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:1-3, karena dalam penglihatan ini Yohanes menceritakan "buah sulung" dari sisa Israel. Sebenarnya ada banyak ayat dalam Alkitab yang membahas nubuatan mengenai sisa Israel yang akan diselamatkan, antara lain: Yesaya 10:20-23; 11:11-16; Yeremia 23:1-8; 31:1-14; 50:20; Yehezkiel 9:8; Yoel 2:32; Mikha 2:12; 4:7; 5:6, 7; 7:18; Zefanya 2:7, 9; 3:13; dan Roma 9:27. Pembahasan yang paling lengkap terdapat dalam Roma pasal 11:11-36. Tema ini juga muncul dalam Wahyu 12:17.
Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13)
Pesan dari ketiga malaikat itu saling berkaitan dan semakin meningkat: panggilan untuk bertobat, pengumuman tentang hancurnya Babel ibu kota kejahatan, dan penyiksaan terhadap penyembah binatang tersebut.
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 14:1-5
Matthew Henry: Why 14:1-5 - Tuhan Yesus sebagai Kepala dari Para Pengikut-Nya yang Setia
Dini hari menjelang fajar, dan di sini kita dapati penggambaran tentang,
I. Tuhan Yesus sebagai Kepala dari para pengikut-Nya yang seti...
- Dini hari menjelang fajar, dan di sini kita dapati penggambaran tentang,
Tuhan Yesus sebagai Kepala dari Para Pengikut-Nya yang Setia (14:1-5)
- Tuhan Yesus sebagai Kepala dari orang-orang yang setia.
- 1. Bagaimana Kristus tampil: sebagai Anak Domba berdiri di bukit Sion. Anak domba palsu disebutkan dalam pasal sebelumnya sebagai muncul dari bumi, yang sesungguhnya ternyata seekor naga. Tetapi di sini Kristus muncul sebagai Anak Domba Paskah yang sebenar-benarnya.
- 2. Bagaimana umat-Nya tampil. Mereka adalah semua orang yang dimeterai. Tak satu pun dari mereka hilang dalam semua kesesakan yang mereka lalui. Di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Mereka menyanyikan puji-pujian (ay. 3). Mereka digambarkan sebagai orang yang tidak mencemari diri dengan perempuan dan hidup murni. Mereka murni sama seperti perawan. Mereka tidak mencemari diri dengan perzinahan jasmani maupun rohani. Dengan kesetiaan dan keteguhan hati mereka melekat pada Kristus: Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka berpegang pada kehormatan yang mereka tuju (ay. 4). Mereka adalah korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu, dan menjadi tanda bagi banyak orang lagi yang mengikuti mereka dalam mengikuti Kristus seperti mereka adanya. Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. Hati mereka lurus di hadapan Allah, dan mereka diampuni dengan melimpah dalam Kristus.
SH: Why 14:1-5 - Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya (Sabtu, 9 November 2002) Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya
Sekarang suasana penglihatan berganti. Anak Domba berdiri di
bukit Sion alias Kota Allah, bersama-s...
Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya
Sekarang suasana penglihatan berganti. Anak Domba berdiri di bukit Sion alias Kota Allah, bersama-sama dengan 144.000 orang yang bertuliskan nama-Nya dan nama Sang Bapa di dahi mereka. Orang-orang ini melambangkan Gereja yang menang setelah perjuangan dahsyat menghadapi sang naga dan kaki tangannya. Sebagian di antara mereka tentu terbunuh sebagai martir karena menolak menyembah sang binatang dan menerima tandanya. Mereka tetap setia kepada Anak Domba, Tuhannya, yang telah menebus mereka menjadi kurban sulung. Mereka adalah milik Allah dan Anak Domba-Nya untuk selama-lamanya. Merekalah orang-orang yang dikaruniai-Nya keselamatan dan kemuliaan sorgawi, orang-orang yang tidak berkompromi dengan ketidakbermoralan dunia. Merekalah pengikut setia Kristus, dan menjalani kehidupan yang dipimpin oleh-Nya. Tak heran, mulut mereka bersih dari dusta, bahkan mereka dipandang tidak bercela. Mereka digambarkan murni sama seperti perawan, tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan- perempuan. Secara harafiah barangkali mengacu pada orang-orang yang mempertahankan dirinya dari daya pikat para pelacur. Sementara yang lainnya, yang tidak ditebus dan tetap hidup dalam perseteruan dengan Allah serta menjadi pengikut dan penyembah sang binatang, hanya akan mengalami murka-Nya yang dahsyat.
Gereja yang menang menerima dan menyanyikan nyanyian baru, yakni nyanyian kemenangan yang sarat dengan syukur yang memegahkan Allah yang berkenan menganugerahkan kemenangan akbar kepada mereka dalam peperangan dahsyat melawan musuh-musuh mereka yang bermaksud memalingkan kesetiaan mereka.
Gereja yang di sorga adalah Gereja yang menang. Kemenangan itu diraih melalui perjuangan panjang menghadapi dosa, keduniawian, dan Iblis.
Renungkan:
Kadang-kadang perjuangan itu menuntut pengurbanan nyawa mereka.
Tapi karena Sang Bapa dan Anak Domba menaungi mereka, mereka
dapat tetap setia sampai akhir dan disempurnakan dalam kemuliaan
yang kekal.
SH: Why 14:1-5 - Pujian umat Allah (Kamis, 24 November 2005) Pujian umat Allah
Tekanan penderitaan dan tipu muslihat Iblis berhasil membuat orang
berpaling dari Tuhan kepada penyembahan berhala, tetapi t...
Pujian umat Allah
Tekanan penderitaan dan tipu muslihat Iblis berhasil membuat orang berpaling dari Tuhan kepada penyembahan berhala, tetapi tidak berhasil memengaruhi umat Allah sejati. Sebaliknya dari menyembah ilah-ilah palsu dan tertipu oleh tanda ajaib yang datang dari Iblis, umat Allah memelihara diri mereka murni dalam iman. Mereka menyadari benar jatidiri mereka sebagai pengantin Kristus. Wahyu menggambarkan bujuk rayu Iblis seumpama rayuan para pelacur yang ingin bertujuan menodai keperjakaan para pahlawan iman milik Kristus (ayat 4). Akan tetapi dengan menanamkan dalam-dalam kesadaran bahwa mereka telah ditebus dengan kurban darah Yesus sendiri, mereka pun hidup sebagai kurban-kurban pujian bagi sang Penebus.
Para saleh itu berjumlah 144.000 orang, suatu jumlah simbolis yang menekankan kelengkapan semua umat terdiri dari umat PL dan PB. Mereka tidak termakan oleh hujatan yang keluar dari para pengikut Iblis. Mulut mereka tidak berdusta; hidup mereka tidak bercela sebab hati dan kelakuan mereka sepenuhnya dikuduskan untuk memuliakan Allah (ayat 5). Hanya mereka yang telah mengalami keselamatan dari kurban Yesus, yang tahu dan mampu menaikkan nyanyian baru kepada Allah. Ketika mereka menyanyi, pujian itu terdengar bagaikan desau air bah dan deru guruh yang dahsyat (ayat 2a) dan juga seperti bunyi kecapi yang indah (ayat 2b).
Puji-pujian umat Allah seperti halnya firman dari Kristus berdampak ganda. Hal yang intinya adalah memuji meninggikan Allah berdampak menjadi suara-suara penghukuman ngeri bagi orang yang melawan mereka. Tanpa perlu membalas kejahatan, hal memelihara kemurnian iman dan terus meninggikan Allah cukup untuk membuat orang jahat terhukum di hadapan Allah. Orang Kristen sejati berjuang mematutkan diri agar menjadi kurban sulung bagi Dia yang lebih dulu telah berkurban bagi kita.
Responsku: _________________________________________________________________ _________________________________________________________________
SH: Why 14:1-20 - Baca Gali Alkitab 5 (Senin, 1 Desember 2014) Baca Gali Alkitab 5
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa arti dari penglihatan Yohanes mengenai bukit Sion dan tanda di dahi (1)? Nyanyian baru seperti a...
Baca Gali Alkitab 5
1. Apa arti dari penglihatan Yohanes mengenai bukit Sion dan tanda di dahi (1)? Nyanyian baru seperti apakah yang dilantunkan oleh orang-orang kudus (3)? Apa yang dimaksud dengan mencemarkan diri dan mulut (4-5)?
2. Pesan penghakiman dan penghiburan seperti apakah yang kita temukan di sini? Mengapa Allah murka terhadap orang-orang yang menyembah binatang (9-10)? Siksaan seperti apakah yang akan dialami oleh orang-orang yang tidak percaya (10-11)? Bagaimana seseorang bisa terhindar dari api penyiksaan Allah (12)? Penghiburan apa yang diperoleh bagi orang yang menang bertahan dalam iman (13)?
3. Apa yang terjadi dalam penglihatan Yohanes mengenai datangnya waktu penghakiman Allah berkenaan dengan tuaian, pohon buah anggur, dan kilangan besar (14-20)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Peringatan seperti apakah yang kita pelajari dari penghakiman Allah?
2. Teladan yang bagaimana yang kita dapatkan dari orang-orang yang bertahan dalam imannya?
Apa respons Anda?
1. Pengalaman rohani seperti apakah yang Anda alami yang membuat anda mampu mempertahankan iman Anda? Penghiburan seperti apakah yang Anda rasakan ketika menghadapi kesengsaraan?
Pokok Doa:
Agar Tuhan memberikan hikmat dan keberanian kepada kita untuk menjadi saksi-Nya bagi orang lain
SH: Why 14:1-5 - Mahkota kemenangan (Senin, 1 Desember 2014) Mahkota kemenangan
Tritunggal najis menuntut penyembahan kepadanya. Umat Kristen yang menolak menghadapi penganiayaan. Apa yang terjadi dalam perspek...
Mahkota kemenangan
Tritunggal najis menuntut penyembahan kepadanya. Umat Kristen yang menolak menghadapi penganiayaan. Apa yang terjadi dalam perspektif surgawi, dalam kenyataan dialami oleh gereja perdana.
Di bawah pemerintahan kaisar Domitianus, setiap orang yang tidak mau menyembah kaisar sebagai Allah atau dewa akan ditindas, disiksa, dan dibunuh. Orang-orang Kristen diperhadapkan pada pilihan, yaitu: Kaisar atau Kristus. Banyak orang Kristen yang mati martir ataupun mengalami penderitaan. Penderitaan yang dialami oleh jemaat perdana itu diluar kesanggupan yang dapat ditanggung oleh mereka. Dalam situasi genting seperti ini, Allah memberikan penghiburan lewat rasul Yohanes.
Rasul Yohanes membuka kata-kata penghiburan dengan gambaran Kristus bersama dengan gereja-Nya di bukit Sion (1). Sion diartikan sebagai tempat di mana Allah memberikan perlindungan dan keselamatan. Meskipun orang-orang Kristen mengalami penindasan dan mati martir karena imannya, Kristus berjanji akan menyertai mereka (2). Kristus memberi mereka kekuatan untuk tetap tabah dan tidak murtad dalam menghadapi kondisi seperti itu. Andaikan mereka gugur sebagai martir, Kristus menjamin bahwa jiwa mereka aman di tangan Allah yang kekal. Kematian mereka disebut sebagai kurban kesulungan bagi Allah (4). Orang-orang yang mampu bertahan sampai akhir akan mendapatkan makhkota kemenangan (3). Mereka disebut sebagai pengikut Kristus yang setia. Di dahi orang-orang seperti ini terukir nama Bapa dan Kristus (1).
Ciri-ciri orang Kristen seperti apakah yang akan mendapat mahkota kemenangan? Pertama, orang yang murni hatinya. Mereka menjauhi persundalan jasmani dan rohani untuk menyembah allah lain. Kedua, orang yang hidup tidak cemar dalam ketaatan dan kebenaran. Ketiga, mereka yang setia dalam mengikut teladan Kristus sampai mati. Keempat, orang yang ikut dalam penderitaan bersama Kristus. Bagaimana dengan diri kita? Apakah hidup kita mencerminkan ciri-ciri pengikut Kristus yang sejati?
SH: Why 14:1-5 - Berdiri dalam Barisan Yesus (Rabu, 5 Oktober 2022) Berdiri dalam Barisan Yesus
Dalam film Terminator, Arnold Schwarzenegger berkata, "I'll be back." Ia berjanji akan kembali, dan pada momen klimaks ia...
Berdiri dalam Barisan Yesus
Dalam film Terminator, Arnold Schwarzenegger berkata, "I'll be back." Ia berjanji akan kembali, dan pada momen klimaks ia menepati janjinya.
Pada hari Yesus naik ke surga dari Bukit Zaitun, para malaikat berkata bahwa Ia akan kembali dengan cara yang sama (lih. Kis. 1:11-12). Pada akhir zaman, Ia akan turun ke bukit yang sama, tepat seperti janji-Nya (1). Namun, kali ini Ia tidak sendirian. Ada 144.000 orang kudus di belakang-Nya. Mereka adalah angkatan sulung orang percaya yang selama hidupnya setia kepada Tuhan dan hidup dalam kebenaran (4-5). Mereka merepresentasikan Gereja secara keseluruhan.
Pasukan yang berdiri di sisi raja dalam sebuah pertempuran bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka memiliki kualifikasi yang lebih tinggi daripada orang biasa. Serupa dengan itu, Gereja, yang akan memerintah bersama Kristus di dalam kekekalan, haruslah memenuhi kualifikasi yang tinggi. Selama hidupnya mereka setia kepada Tuhan dan hidup dalam kebenaran.
Mari kita bertanya dalam hati, apakah saya telah memenuhi
Mungkin sulit bagi kita untuk memastikannya pada saat ini. Sebab, di dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak kesukaran yang menggoda orang-orang percaya untuk berkompromi terhadap moral, ibadah, atau kebenaran. Bahkan, dalam masa pandemi, banyak orang Kristen meninggalkan barisannya di dalam pasukan Yesus. Mereka tidak menyadari hal itu karena mereka menganggap pengakuan iman seperti vaksin yang cukup disuntikkan dua tiga kali dan manjur sampai Maranata. Kenyataannya, keselamatan harus dikerjakan seumur hidup (lih. Flp. 2:12).
Mungkin Anda dan saya tidak secara harfiah masuk ke dalam barisan pasukan di Bukit Zaitun. Namun, jika kita adalah umat tebusan Kristus, kita pasti akan memerintah bersama-sama Dia. Kenyataan itu layak untuk diperjuangkan, baik dalam keadaan kekurangan maupun teraniaya. Jadikanlah itu tekad pribadi kita, sambil tetap bergantung pada Allah.
Bersukacitalah, Kristus akan segera kembali! [PHM]
Utley -> Why 14:1-5
Utley: Why 14:1-5 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 14:1-51 Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh em...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 14:1-5
1 Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. 2 Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. 3 Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu. 4 Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. 5 Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Wahy 14:1 "Anak Domba" Ini adalah referensi bagi Mesias (lih.Wahy 5:6,8,12-13; 13:8; Yes 53:7, Yoh 1:29,36; 1Pet 1:18).
□ "Berdiri di atas bukit Sion" Ada banyak teori mengidentifikasi kalimat ini;
- 1. itu berdiri bagi gn. Moriah dan daerah Bait Allah di Yerusalem (lih.Yes 24:23; Yoel 2:32)
- 2. itu singkatan dari Yerusalem sorgawi (lih. Ibr 11:10,16; 12:22-23; 13:14; Gal 4:26)
- 3. bahwa itu adalah simbol apokaliptik yang ditemukan dalam buku non-kanonik II Esdras 2:42-47; 13:35,39-40
- 4. yang mengacu pada bagian-bagian Perjanjian Lama yang berbicara tentang akhir zaman pengumpulan umat Allah (lih.Mazm 48; Yes 24:23; Yoel 2:32; Mikah Wahy 4:1,7; Obaja ay. 17)
- 5. bahwa latar belakang, seperti bagian lain di seksi ini, Mazm 2; 6 terutama ay.Wahy 14:6
Ingat bahwa komentator menghubungan masing-masing penglihatan kepada (1) bagian Perjanjian Lama atau tempat di Palestina; (2) literatur apokaliptik intertestamental, atau (3) abad sejarah Yunani-Romawi pertama. Bagi saya penglihatan di PL dimulai dengan pasal Wahy 6, berhubungan dengan umat Allah PB (orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi), orang-orang kudus, gereja. Dalam kasus ini, itu adalah kiasan ke bait Allah surgawi (lih.Ibr 8:2; 9:11,24).
□ "bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang" Ini adalah kelompok yang sama yang telah ditebus seperti dalam Wahy 5:9; yang telah dimeteraikan di Wahy 7:4-8 (lihat catatan lengkapdi Wahy 7:4); dari mereka disucikan oleh darah Anak Domba di Wahy 7:14-17. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, ini singkatan derdiri untuk umat Allah, orang-orang kudus, gereja. Untuk catatan lengkap tentang identitas dari 144.000, lihat Wahy 7:4. Dalam referensi sebelumnya mereka dimeteraikan tapi masih dianiaya, namundi sini mereka menang!
□ "di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya" Apakah ini merujuk ke satu atau dua nama?Mungkin merujuk pada judul dari Yes 9:6, yang berhubungan dengan Bapa dan Anak. Ini adalah orang- orang yang telah dimeteraikan dan menjadi milik Allah (lih.Wahy 7). Lihat catatan di Wahy 7:2.
Wahy 14:2 "Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan" frasa deskriptif ini digunakan untuk suara Allah di Yeh 43:2, suara Yesus di Wahy 1:15, dan suara orang banyak dari surga 'di Wahy 19:6. Sering digunakan untuk menunjukkan bahwa si pembicara berada di surga (lih.Wahy 4:5; 11:19; 16:8).
Wahy 14:3 "mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta itu" Ini merupakan acuan kepada Wahy 5:9. Kata "mereka" bisa mengacu pada (1) makhluk-makhluk malaikat yang menyanyikan lagu dalam Wahy 5:9 atau (2) lagu dari 144,000 di bagian penutup ay. 3; 15:2 . Lagu baru ini merupakan acuan kepada Yes 42:10 dan mungkin Mazm 33:3; 40:3; 96:1; 98:1; 144:9; 149:1. Roh masa baru yang dijanjikan telah datang!
□ "yang telah ditebus dari bumi" ini adalah konsep PL dari penebusan oleh keluarga terdekat (go'el, yaitu, Ruth dan Boas). Digunakan untuk orang kepada siapa Kristus telah mati (lih.Wahy 5:9; 7:14). Lihat Topik Khusus : Ransom / Penebusan di Wahy 5:9.
Wahy 14:4 "Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan" Telah ada banyak diskusi tentang ayat ini karena sepertinya menyiratkan bahwa ini adalah salah satu grup selibat laki-laki dari 144.000 di pasal Wahy 7. Namun, saya berpikir bahwa ungkapan-ungkapan ini dapat dijelaskan dalam simbolik, atau setidaknya, istilah PL, dan tidak pernah dimaksudkan untuk dipahami secara harfiah. Ungkapan "tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan" dapat dipahami dengan beberapa cara:
- 1. mengacu kepada selibat secara harfiah
- 2. mengacu pada perzinahan rohani dengan binatang atau pelacur besar (lih.Wahy 14:8; 17:2; 18:9)
- 3. mengacu pada komentar khusus yang dibuat untuk tujuh jemaat (lih.Wahy 2:14,20,22; 3:4)
- 4. mengacu pada pemurnian ritual PL untuk menyembah atau pertempuran (lih.Kel 19:14-15; Ul 23:9-10; 1Sam 21:4-5; 2Sam 11:6-13
- 5. itu hanya sebuah kiasan untuk judul PL bagi umat Allah, "Anak dara Sion" (lih.2Raj 19:21; Yer 18:13; Rat 2:13; Am 5:2; 2Kor 11:2; Ef 5:27).
Harus ditegaskan bahwa hubungan seksual antara pasangan yang menikah bukan merupakan aktivitas spiritual. Seksualitas (perkawinan) adalah ide Allah, jalan-Nya untuk memenuhi bumi, perintah-Nya (lih.Kej 1:28; 9:1). Selibat pastilah suatu karunia rohani untuk pelayanan (lih.1Kor 7), Tetapi bukan keadaan suci. Asketisme Yunani tidak lah alkitabiah (begitu juga pra-pernikahan atau perkawinan ekstra-aktivitas seksual)!
□ "Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi" ini berbicara tentang pemuridan dan pelayanan (lih. Yoh 7:17; 10:4).
□ "dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah" Istilah ini digunakan dalam PL untuk menunjukkan kepemilikan Allah terhadap seluruh tuaian (lih.Kel 23:19;\\). Dalam PB mengacu pada jemaat (lih.Ibr 12:23; Yak 1:18), umat Yesus, yang adalah buah sulung dari kebangkitan (lih. ay. 20,23; Wahy 1:5).
Wahy 14:5 "di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta" Ada beberapa kemungkinan asal usul metafor ini:
- 1. berhubungan dengan ungkapan serupa dalam Wahy 21:27; 22:15
- 2. berhubungan dengan menyembah Kaisar di mana orang Kristen tidak pernah menyerah kepada perintah penganiaya untuk berkata, "Kaisar adalah Tuhan"
- 3. merupakan simbol dari pencemaran PL (lih.Mazm 32:2; Zef 3:13)
- 4. mungkin dijadikan acuan untuk orang-orang yang tidak percaya seperti dalam Rom 1:25; 1Yoh 2:22
"mereka tidak bercela" Secara harfiah "tanpa_ cacat" (lih.Fil Wahy 3:6). Awalnya disebut hewan kurban, tapi digunakan secara metafora untuk manusia (lih.Nuh, Kej 6:9,17 dan Ayub, Ayub 1:1). Diterapkan untuk Yesus dalam Ibr 9:14 dan 1Pet 1:19. Ini merupakan cara lain untuk mengacu pada kehidupan Kristus. Ini adalah kehendak Allah bagi umat-Nya (lih.Im 19:2; Ul 18:13; Mat 5:48; 1Pet 1:16)
Topik Teologia -> Why 14:5
Topik Teologia: Why 14:5 - -- Pengudusan
Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
Sarana Pertumbuha...
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Gambaran-gambaran Orang yang Taat
- Orang yang Taat itu Saleh dan Tak Bercela
- Eskatologi
- Surga
TFTWMS -> Why 14:4-5
TFTWMS: Why 14:4-5 - Ya Tuhan, Bukalah Mata Kami Terhadap Pentingnya Karakter "YA TUHAN, BUKALAH MATA KAMI TERHADAP PENTINGNYA KARAKTER" (Wahyu 14:4, 5)
Saya pernah hadir pada audisi untuk paduan suara sebuah pergurua...
"YA TUHAN, BUKALAH MATA KAMI TERHADAP PENTINGNYA KARAKTER" (Wahyu 14:4, 5)
Saya pernah hadir pada audisi untuk paduan suara sebuah perguruan tinggi. Para siswa datang dengan lembaran musik di tangan mereka. Beberapa bahkan membawa pengiring mereka. Sebagian berusaha untuk menemukan tempat terpencil di mana mereka bisa melakukan latihan suara sebelum datang giliran untuk audisi. Pada akhirnya, hanya mereka yang punya pengetahuan musik dan talenta musik tingkat tertentu yang dipilih untuk paduan suara itu. Namun begitu, mengenai kemegahan paduan suara pasal 14, pertanyaannya bukan "Bisakah engkau menyanyi?" Atau "Berapa banyak kursus musik formal yang pernah engkau ikuti?" Tapi "Jenis orang apakah engkau?" Yohanes berkata, Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela (ay. 4, 5).
Beberapa orang telah mencoba untuk menjadikan 144.000 sebagai bilangan harfiah.29Misalnya, beberapa orang mengatakan 144.000 adalah kelompok pilihan rohaniah dan bahwa hanya mereka yang akan masuk sorga. Umat setia sisanya, kata mereka, akan harus puas dengan bumi yang direnovasi. Jika mereka membuat harfiah angka "144.000," maka, agar konsisten, mereka harus menerima simbolisme sisanya sebagai harfiah. Menurut pasal 7, seluruh 144.000 jiwa itu adalah orang Yahudi, dan menurut pasal 14, seluruh 144.000 jiwa itu adalah orang-orang yang tidak pernah memiliki hubungan seksual: 144.000 lelaki ting-ting Yahudi! Istilah-istilah bersyarat itu melenyapkan hampir setiap orang yang saya kenal—termasuk para pemimpin dari kelompok-kelompok yang bersikeras bahwa bilangan itu bersifat harfiah.
Tujuan ayat 4 dan 5 adalah bukan untuk menggambarkan orang-orang kudus super. Sebaliknya, tujuan mereka adalah untuk menguraikan jenis karakter yang diperlukan untuk memperoleh kemenangan atas binatang itu.
Setia
Kualitas pertama dinyatakan dalam kata-kata ini: "Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan" (ay. 4a). Dalam bahasa asli Yunaninya, bagian terakhir kalimat ini secara harfiah berbunyi, "karena mereka adalah perawan" (lihat KJV).
Yang mengejutkan, sejumlah komentator memahami kata-kata Yohanes itu secara harfiah, dengan mengetengahkan bahwa Yohanes menganggap hidup selibat lebih saleh daripada keadaan menikah.30Keyakinan itu muncul belakangan,31tetapi tidak ada di dalam gereja mula-mula. Dari awal sampai akhir Alkitab, pernikahan dianggap suci dan diberkati. Ketika Adam dalam keadaan selibat, Tuhan berkata, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kejadian 2:18). Paulus membandingkan hubungan gereja dengan Yesus seperti seorang pengantin perempuan dengan suaminya (Efesus 5:22-33).32
Para pemimpin gereja Tuhan haruslah laki-laki yang menikah (1 Timotius 3:2; Titus 1:6).33Penulis kepada orang Ibrani berkata, "Janganlah kamu mencemarkan tempat tidur" (Ibrani 13:4a).34
Diambil dalam konteksnya, kata-kata pembukaan ayat 4 itu pada dasarnya mengacu kepada kemurnian rohani. Di dalam Perjanjian Lama, Israel diacukan sebagai mempelai perempuan Allah,35dan ketidaksetiaan di pihaknya disebut perzinahan. (Lihat Yeremia 3:6; Hosea 4:12.) Gambaran yang sama digunakan di dalam Perjanjian Baru mengenai gereja. Paulus memberitahu para anggota gereja, "Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus" (2 Korintus 11:2).36Yakobus mengacukan orang-orang Kristen yang tidak setia sebagai "penzinah" (Yakobus 4:4). Di dalam pasal yang saat ini sedang kita pelajari, mengalah kepada tipu muslihat iblis disebut "hawa nafsu cabul" (Wahyu 14:8).37
Beberapa penulis bertanya-tanya mengapakah gambaran di 14:4 itu berupa orang-orang lelaki yang menjaga diri mereka murni, ketika biasanya gereja dibicarakan dalam pelbagai istilah yang bersifat feminin (mempelai Kristus dalam 1 Korintus dan Efesus, perempuan di Wahyu 12).38Jawabannya ada di ayat 8, yang mengacukan Babel kota besar. Di pasal 17 Babel digambarkan sebagai pelacur, pelacur perempuan—dan tujuan pelacur di dalam kehidupan adalah untuk merayu laki-laki. Kitab Wahyu menekankan bahwa 144.000 jiwa itu telah mengabaikan panggilan pelacur itu. Dalam istilah sederhana, mereka tidak sujud menyembah patung Kaisar. Mereka tetap setia kepada Tuhan mereka!
Sesaat yang lalu, saya mengatakan bahwa kata-kata pembukaan ayat 4 pada dasarnya mengacu kepada kemurnian rohani. Dengan mempertimbangkan kemesuman yang berhubungan dengan penyembahan berhala, jika seorang Kristen melakukan perzinahan rohani dengan berpartisipasi dalam penyembahan kaisar, ia juga mungkin melakukan perzinahan lahiriah.39Ayat 4 menekankan bahwa mereka yang memperoleh kemenangan sudah setia kepada Tuhan dalam segala hal. Hanya orang yang "suci hatinya [dan hidupnya] yang akan melihat Allah." (Lihat Matius 5:8.)
Para Pengikut
Bagian pertama dari ayat 4 memberikan kualifikasi negatif untuk memperoleh kemenangan: 144.000 jiwa itu telah abstain dari pelbagai praktik tertentu. Bagian berikutnya dari ayat ini memberikan persyaratan positif: "Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi" (ay. 4b).
Ketika saya mengunjungi Efesus kuno, kepada kelompok tur saya ditunjukkan reruntuhan sebuah rumah pelacuran di jantung kota. Sekitar sembilan puluh meter atau lebih, seorang pelacur yang kreatif mengukir jejak kakinya di jalan marmer, mengarah ke tempat usahanya. Selain tapak kaki, kata-kata "Ikuti saya" telah dipahat pada batu itu. Bagian pertama 14:4 menekankan bahwa kaum yang menang itu tidak mengikuti "pelacur besar" (17:1); sekarang kita diberitahu bahwa mereka memang mengikuti Yesus.
Yesus tidak pernah memberikan tantangan yang lebih menuntut selain ini "Ikutlah Aku."40Mengikut Yesus melibatkan pemutusan hubungan dengan masa lalu dan mengutamakan Dia dalam segala hal. Yesus masih berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Markus 8:34; lihat ayat 35-37). 144.000 jiwa itu telah menerima tantangan Yesus dan telah mengikut Dia ke mana pun Ia pergi—untuk menderita, bahkan sampai mati.
Saya mengantisipasi adanya protes: "Tapi tentunya Tuhan tidak mengharapkan jenis dedikasi seperti itu dari kita." Apakah Anda yakin? Petrus menulis, "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (1 Petrus 2:21; huruf miring oleh saya).
Suatu malam di sebuah pos misi di Belgian Congo seorang pribumi Kristen berdoa, "Tuhan Yesus, Engkau adalah jarum, dan aku [benangnya]." Bagi misionaris hal itu seperti bahasa yang aneh, sehingga ia menanya orang itu apa maksudnya dengan kata-kata yang tidak biasa itu. Ternyata hari itu pribumi itu telah mengunjungi sekolah misi dan menyaksikan gadis-gadis menjahit. Apa yang paling menarik bagi dirinya adalah bahwa benang itu selalu mengikuti jarum. Dengan cara yang sama, ia ingin mengikut Yesus kemana saja Ia memimpin.41
Anda dan saya harus mengikut Yesus kemana saja Ia memimpin. Karena 144.000 jiwa itu bersedia mengikut Anak Domba bahkan sampai mati, maka mereka diizinkan untuk mengikut Dia ke panggung kemenangan42di puncak Bukit Sion!
Korban-Korban Sulung
144.000 jiwa itu mungkin sudah mengikut Anak Domba melalui "lembah kekelaman" (Mazmur 23:4), tetapi mereka tidak menepuk dada atas kemenangan mereka itu. Mereka mengakui bahwa mereka telah "ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu" (ay. 4c)—dibeli dan ditebus oleh darah Yesus (Kisah 20:28; 1 Korintus 6:19, 20; Efesus 1:7, 1 Petrus 1:18, 19).
"Korban-korban sulung" adalah ungkapan yang menarik, ungkapan yang memiliki makna khusus bagi mereka yang telah mempelajari Perjanjian Lama. Awalnya, ungkapan itu mengacu kepada hasil panen pertama yang dibawa sebagai korban kepada Allah. Acuan pertama yang jelas adalah dalam Keluaran 23:19: "Yang terbaik dari buah bungaran hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu." Namun begitu, dengan berlalunya waktu istilah ini sering digunakan untuk mengacukan bagian hasil panen yang paling baik.43Dalam pengertian ini, istilah itu diterapkan kepada kaum Israel yang setia (Yeremia 2:3) dan orang Kristen yang setia (Yakobus 1:18). Kerajaan Romawi mungkin menganggap umat Kristen paling buruk daripada tidak berguna, tetapi Allah menggolongkan mereka sebagai yang terbaik, yang terbagus!
Sempurna
Jika Anda pernah membandingkan hidup Anda dengan sifat-sifat dari 144.000 jiwa itu, Anda mungkin akan terkejut dengan perasaan penuh kekurangan. Jika demikian, kualifikasi yang paling akhir bisa memberikan pukulan mematikan: "Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela" (ay. 5). Di mana Alkitab NASB menulis "tak bercacat," Alkitab KJV menulis "tanpa kesalahan"; Alkitab RSV menulis "tanpa cela"; Alkitab CEV menulis "tidak bersalah." "Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta …"? "Tak bercacat," "tanpa kesalahan," "tanpa cela," "tidak bersalah"? Kita tergoda untuk berseru, "Tidak ada alasan bagi kita untuk mencoba hal itu, sebab kita tidak akan pernah menjadi sempurna!"
"Tidak bercela" tidak berarti "sempurna" atau "tanpa dosa." Yohanes sendiri mengatakan, "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita" (1 Yohanes 1:8). Yang membuat kita "tidak bercela" di hadapan Allah adalah darah Yesus, yang membasuh dosa-dosa kita (1 Yohanes 1:7). Paulus memberitahu umat Kristen di Kolose bahwa Kristus telah mendamaikan Anda "di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya [yaitu, Allah]" (Kolose 1:22).
Namun begitu, istilah ini menyiratkan bahwa kita akan berusaha untuk menjadi yang terbaik yang bisa kita lakukan. Kata Yunani yang diterjemahkan "tak bercela" digunakan untuk mengacukan apa yang cocok untuk digunakan sebagai korban.44(Lihat Imamat 22:20.) Paulus menantang kita masing-masing, Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, …" (Roma 12:1, 2).
Ilustrasi tentang 144.000 jiwa yang tak bercela adalah bahwa "di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta." Kejujuran selalu dihargai oleh Tuhan (Mazmur 32:2; Yesaya 53:9; Zefanya 3:13; 1 Petrus 2:22; Wahyu 22:15), tetapi godaan untuk berbohong pastinya sangat kuat pada zaman Yohanes: Ketika seorang Kristen diberitahu untuk menyapa Kaisar "Tuhan," akan mudah untuk menalar, "Sesungguhnya, Allah tidak ingin aku mati. Aku punya istri dan anak-anak yang bergantung padaku. Jika saya menipu para penguasa Romawi ini, saya masih bisa hidup sebagai orang Kristen, beribadah sebagai orang Kristen, melayani sebagai orang Kristen. Tentunya, Allah tidak ingin aku mati." Mungkin godaan inilah yang menyebabkan Roh Kudus menyatakan, "Tetapi … semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua" (21:8, huruf miring oleh saya).45Lidah dusta tidak pernah bisa menyanyikan lagu kemenangan!
Ayat 4 dan 5 mengungkapkan karakter orang yang diselamatkan; mereka memberitahu kita jenis orang Kristen apakah kita seharusnya. Saya berharap ayat-ayat ini tidak mengecilkan hati Anda, melainkan menantang Anda untuk menjadi orang Kristen yang lebih baik.
Di British Museum di London mereka memiliki patung Apollo. Apollo adalah contoh laki-laki dewasa yang luar biasa hebatnya. Mereka menyaksikan orang-orang yang masuk ke sana dan melihat patung itu.… Kaum laki-laki [biasanya] akan masuk ke sana dengan tubuh lunglai dan agak membungkuk dan berjalan ke luar dengan lebih tegak dibandingkan saat mereka masuk. Mungkin jika kita terus-menerus dihadapkan muka dengan muka dengan apa yang seharusnya kita menjadi, maka kita akan berjlan ke luar dengan lebih tegak daripada sebelumnya.46
"Ya Tuhan, bukalah mata kami terhadap pentingnya karakter."
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) " YA TUHAN BUKALAH MATA KAMI !
WAHYU 14:1-5
" Raja Aram1tidak senang terhadap Elisa karena nabi itu telah mengantisipasi setiap langkahny...
" YA TUHAN BUKALAH MATA KAMI !
" Raja Aram1tidak senang terhadap Elisa karena nabi itu telah mengantisipasi setiap langkahnya untuk menentang Israel. Oleh karena itu raja itu mengirim "kuda serta kereta dan tentara yang besar" untuk mencari Elisa, "sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu" di mana ia berada (2 Raja 6:14). Keesokan paginya, ketika hamba Elisa pergi ke luar, ia menemukan bahwa "suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu." Ia bergegeas kembali ke dalam, dan berteriak, "Celaka … Apakah yang akan kita perbuat?"(ay. 15).
Nabi itu menjawab, "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka" (ay. 16). Tidak diragukan lagi hamba itu bingung. Di sana ada ratusan musuh dan mereka hanya berdua! Lalu Elisa berdoa, "Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Dengan segera, mata hamba itu terbuka, "sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa" (ay. 17).
Dalam Wahyu 12 dan 13, kita diperkenalkan kepada trinitas jahat: naga, binatang, dan nabi palsu. Yohanes menggambar sebuah gambar yang sangat jelas, bahkan menakutkan, tentang kekuatan dan pengaruh mereka. Ia menekankan bahwa "Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu" (13:3b). Ia mencatat nyanyian orang banyak itu: "Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: 'Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?'" (ay. 4b). Ia mencatat bahwa binatang itu akan memiliki kekuatan "untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka" (ay. 7a). Akan sulit untuk membaca pasal 13 tanpa mendengarkan jeritan orang-orang Kristen yang tertindas, tanpa melihat darah para martir menyebar ke seluruh bumi.
Jika saya hidup di zaman Yohanes, saya mungkin akan menjadi seperti hamba Elisa: hanya bisa melihat sumber daya musuh yang tampaknya tidak terbatas. Saya bisa membayangkan diri saya menangis, "Celaka! Apakah yang harus kita lakukan?" Saya tentu butuh wawasan yang Elisa berikan kepada hambanya itu: ""Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." Tujuan Wahyu 14 adalah untuk memberikan pandangan yang sama kepada para pembaca Yohanes.
Pesan dari pasal 14 itu dibutuhkan di zaman ini. Ketika kita dikepung oleh kejahatan di sekitar kita, mata kita perlu dibuka terhadap sumber daya ilahi yang Allah sediakan. Kita masih perlu mengerti bahwa "lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka."
Pasal 14 secara alami membagi dirinya menjadi tiga bagian,2setiap bagian dimulai dengan kata-kata "dan aku melihat" atau padanannya.3Yohanes ingin para pembacanya melihat apa yang ia lihat. Ia ingin mata mereka dibuka untuk melihat apa yang Allah simpan untuk umat-Nya—dan juga apa yang Ia simpan untuk para penindas mereka. Dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari bagian yang pertama. Dua bagian lainnya akan kita bahas dalam pelajaran berikutnya.4
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 14:1-5)
Saya pernah singgung sebelumnya bahwa masing-masing dari tiga bagian pasal 14 dimulai dengan kata-kata "dan aku meliha...
KESIMPULAN (Wahyu 14:1-5)
Saya pernah singgung sebelumnya bahwa masing-masing dari tiga bagian pasal 14 dimulai dengan kata-kata "dan aku melihat" atau "dan aku memandang." Saat saya sedang mempelajari pasal itu, saya terhenyak bahwa Yohanes tidak hanya harus melihat masing-masing penglihatan itu, namun ia juga harus menengadah.47Pada bagian pertama, ia harus menengadah ke puncak Bukit Sion (ay. 1; NASB). Dalam bagian kedua, ia harus menengadah ke langit untuk melihat tiga malaikat menyampaikan pengumuman mereka (ay. 6; NASB). Pada bagian ketiga, ia harus menengadah ke awan di mana Anak Manusia duduk (ay. 14; NASB). Mungkin ada pelajaran untuk kita di sini: Ketika kita kewalahan oleh apa yang sedang terjadi di sekitar kita, kita mungkin perlu mengangkat mata kita kepada apa yang terjadi di atas kita. Pemazmur menulis:
Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.… Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya (Mazmur 121:1-8).
Seseorang pernah mengatakan, "Ketika yang dilihat terlihat buruk, cobalah lihat ke atas."
"Ya Tuhan, bukalah mata kami terhadap sikap positif"48
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Tinjaulah kembali kisah hamba Elisa dari 2 Raja 6. Apakah kita pernah merasa perlu untuk membuat "mata kita terbuka"?
- 2. Siapakah Anak Domba di pasal 14?
- 3. Siapakah 144.000 jiwa itu?
- 4. Apa arti penting dari fakta bahwa 144.000 jiwa itu memiliki nama Anak Domba dan nama Allah pada dahi mereka?
- 5. Berikanlah sejarah singkat Bukit Sion—dan apakah yang akhirnya ia lambangkan. Apakah Bukit Sion di pasal 14 adalah suatu tempat di dunia atau suatu konsep rohani?
- 6. Hal apakah yang 144.000 jiwa sedang lakukan di Bukit Sion? Apakah menyanyikan puji-pujian kepada Allah memiliki nilai? Jika ya, nilai apa?
- 7. Dalam artian apakah lagu mereka itu adalah "lagu baru"?
- 8. Mengapa tidak satu orang pun bisa mempelajari lagu itu kecuali 144.000 jiwa itu?
- 9. Apakah bagian pertama ayat 4 mengajarkan bahwa keadaan selibat lebih suci daripada keadaan menikah?
- 10. Hal apakah yang terlibat dalam mengikut Yesus dengan setia?
- 11. Jelaskan makna asli dari ungkapan "korban-korban sulung." Apakah arti istilah itu pada akhirnya?
- 12. Dalam arti apakah anak Allah dapat menjadi "tanpa salah"?
- 13. Diskusikanlah pentingnya bersikap jujur—terlepas dari berapapun biayanya.
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Jika Anda membandingkan pasal 13 dan 14, Anda akan melihat banyak perbedaan: Dua binatang muncul dari laut dan tanah. Anak Domba berada di puncak gunung. Orang banyak ditipu oleh anak domba palsu sedangkan 144.000 jiwa telah mengikut Anak Domba sejati. Orang banyak memiliki tanda di dahi mereka; orang-orang yang diselamatkan punya nama di dahi mereka. Orang banyak berteriak, "Siapakah yang sama seperti binatang itu?"; mereka yang ditebus menyanyikan lagu baru. Perbedaan itu berlanjut terus melalui pasal itu; Anda akan menemukan perbedaan lebih lanjut dalam dua pelajaran berikutnya. Misalnya, orang-orang yang mengikut binatang itu tampaknya aman, tetapi orang-orang yang benar-benar aman adalah mereka yang mengikut Anak Domba. Anda mungkin ingin membuat sebuah tabel yang menunjukkan perbedaan tersebut.
Judul-judul yang lain dapat digunakan untuk pelajaran ini, seperti "Lagu Baru," "Cerita Selanjutnya," atau "Sisi Lain Gambar Itu" W. B. West menggunakan "Balas Menyerang." Rubel Shelly menjudulkan bagian ini "Anak Domba Yang Jaya." "Lebih Dari Pada Orang-Orang Yang Menang" (Roma 8:37; KJV) tampaknya juga judul yang tepat. Albert Baldinger menggunakan permainan kata: "Sebuah Lagu Lama" (dengan kata lain, sebuah lagu lama tapi selalu baru). Karena 144.000 jiwa itu mengenakan nama Allah, William Barclay menyebut mereka "Milik Bapa." Jika Anda tinggal di mana ungkapan ini memiliki makna, Anda mungkin menyukai judul "Jeda Yang Menyegarkan."
Charles Ryrie membagi lima ayat pertama pasal 14 seperti ini: Situasi (ay. 1), Lagu (ay. 2, 3), Pemisahan (ay. 4a, b), Keselamatan (ay. 4c), Pengudusan (ay. 5). Myer Pearlman menggunakan istilah yang sama, dengan mengatakan bahwa orang-orang yang ditebus itu aman, bernyanyi, dan dikuduskan.
Semua pasal 14 dapat dipelajari bersama-sama, dengan menjadikan tiga bagian itu sebagai tiga poin utama Anda. Warren Wiersbe menggunakan ungkapan "Suara Kemenangan." Dengan menggunakan gagasan "Suara," Anda bisa berbicara tentang "Suara Pujian"(ay. 1-5), "Suara Peringatan" (ay. 6-13), dan "Suara Penghakiman" (ay. 14-20).
Pasal ini dapat juga dibagi menjadi tujuh bagian: (1) ay. 1-5; (2) ay. 6, 7; (3) ay 8; (4) ay. 9-11; (5) ay. 12, 13; (6) ay. 14-16; (7) ay. 17-20. Frank Pack menyebut bagian-bagian ini "Tujuh Penglihatan Anak Manusia."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Alkitab KJV, RSV, dan beberapa terjemahan lain mneulis "Siria" (2 Raja 6:11). Siria, atau Aram, adalah di utara Palestin...
Catatan Akhir:
- 1 Alkitab KJV, RSV, dan beberapa terjemahan lain mneulis "Siria" (2 Raja 6:11). Siria, atau Aram, adalah di utara Palestina.
- 2 Beberapa orang membagi pasal 14 menjadi tujuh bagian. Lihat "Catatan Untuk Guru & Pengkhotbah" pada akhir pelajaran ini.
- 3 Dalam teks aslinya, ayat 1, 6, dan 14 dimulai dengan dua kata Yunani yang persis sama yang berarti "dan aku melihat." Alkitab NASB menulis "Aku memandang" di ayat 1 dan 14, tapi "Aku melihat" di ayat 6.
- 4 Lihat pelajaran "Mimbar Di Tengah Angkasa" dan pelajaran "Saatnya Menuai!" dalam "Wahyu, 7."
- 5 Ungkapan indah "abdi-seperti-zombi" dapat digunakan bagi pendengar mana saja yang akan memahaminya (Jim McGuiggan, The Book of Revelation [Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976], 214).
- 6 Kata-kata "dan lihatlah" dalam ayat 1 dan 14 (NASB) menekankan sifat mengejutkan dari penglihatan yang menyusul kemudian.
- 7 Lihat pelajaran "Ketenangan Di Tengah Badai," dalam "Wahyu, 4."
- 8 Untuk makna simbolik "144.000," lihat tabel "Angka-Angka Simbolis Yang Digunakan Di Dalam Kitab Wahyu," dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1."
- 9 Lihat 2 Samuel 5:6-10; 1 Raja 8:1; 1 Tawarikh 11:05. Akhirnya, istilah "Sion" dan "Yerusalem" digunakan secara sinonim (2 Raja 19:21, 31; Yesaya 2:3). "Sion" adalah "kota Daud" (1 Raja 8:1; 2 Tawarikh 5:2).
- 10 Untuk menghargai bagaimana perasaan orang-orang Yahudi tentang Sion, carilah kata "Sion" dalam konkordansi. Khususnya, pelajarilah penggunaan kata itu dalam kitab mazmur dan kitab para nabi. Misalnya, bacalah Mazmur 9:11; 48:2, 3; 76:2; 87:2; 125:1; 132:13.
- 11 Untuk kegunaan lain "Zion" oleh para nabi, lihat Yesaya 2:2-4; 40:9, Yoel 2:32; Mikha 4:2; Zakharia 8:1-3.
- 12 Ayat ini berbicara tentang Kerajaan Allah, yang memiliki dua aspek yaitu sorgawi dan duniawi: Aspek duniawi adalah gereja; aspek sorgawi adalah apa yang biasanya kita anggap sebagai sorga. Bagian terakhir nas itu merinci kewarganegaraan kerajaan itu, yang meliputi malaikat dan manusia. Beberapa orang masih berada di bumi, dan beberapa sudah meninggal.
- 13 Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 132. Banyak penulis premilenialis memahami Sion sebagai "tempat duniawi pemerintahan seribu tahun …, tapi seluruh adegan itu adalah adegan pujian di hadapan takhta sorga"Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977], 267).
- 14 Beberapa komentator mengacukan Bukit Zion sebagai "Tuhan mengumpulkan bala tentara-Nya" dalam persiapan untuk "pertempuran" yang digambarkan belakangan di kitab Wahyu.
- 15 Beberapa komentator membuat 144.000 sebagai "kelompok kecil" dari gereja. Banyak yang bersikeras bahwa mereka semua adalah martir. Namun begitu, tidak ada petunjuk bahwa para martir dianggap lebih tinggi oleh Allah daripada anak-anak-Nya yang lain yang setia. Kita dapat dengan aman mengatakan bahwa semua dari 144.000 jiwa itu rela mati untuk iman mereka, terlepas apakah mereka itu benar-benar dipanggil untuk melakukannya atau tidak.
- 16 Argumen lainnya bisa dibuat: Mereka ini telah "ditebus dari bumi" (14:3), mereka telah menerima upah "orang menang"; dan seterusnya.
- 17 Lihat juga 1 Korintus 15:54; 1 Yohanes 5:4.
- 18 Kata "suara" berbentuk tunggal; tetapi dalam ayat 3 teks itu menulis "mereka," jadi "suara" itu tampaknya dari paduan suara. Kebetulan, kata Yunani yang diterjemahkan "suara" adalah phone (diucapkan "pho-nay"), kata generik untuk "suara." (Kata Yunaninya bisa dikenali dari ucapan seperti "telepon" dan "mikrofon.")
- 19 Lihat catatan tentang simbolisme harpa dalam pelajaran "Anak Domba Itu Layak" dalam "Wahyu, 3."
- 20 Ketika kita mempelajari pasal 4, kita menunjukkan bahwa tua-tua itu bisa saja melambangkan orang-orang Kristen yang telah menang. Penafsiran ini menimbulkan masalah di pasal 14 karena kita berpendapat bahwa 144.000 itu juga melambangkan orang-orang Kristen yang menang. Pertimbangkanlah pandangan ini: "Tapi bisakah 24 tua-tua itu melambangkan Gereja dan dinyanyikan di hadapan 144.000 jiwa yang adalah Gereja? Tentu saja. Setiap angka memiliki maksudnya sendiri. Dapatkah Gereja menjadi perempuan maupun kota? Istri yang menikah dan gadis yang "bertunangan?" (McGuiggan, 217). Ketika kita mempelajari pasal 12, kita mengulas bahwa di akhir pasal itu, gereja dilambangkan oleh perempuan dan juga oleh keturunannya. Oleh karena itu, adalah mungkin bahwa para tua-tua dan 144.000 jiwa itu semata-mata (seperti yang McGuiggan sarankan) merupakan dua cara berbeda dalam memandang hal yang sama.
- 21 Kita tidak diberitahu bagaimana tepatnya penglihatan tentang bukit dan tentang takhta itu dicampur. Dugaan saya adalah bahwa Bukit Sion hanyalah cara lain untuk mengatakan sorga, tempat takhta Allah berada. Namun begitu, beberapa orang menggambarkan 144.000 jiwa itu berada di bukit itu, menengadah ke takhta itu.
- 22 Beberapa orang percaya bahwa "suara" itu adalah suara para malaikat dan para malaikat itu mengajarkan "lagu baru" kepada 144.000 jiwa itu. Penafsiran yang paling sederhana dan alami dari ayat ini adalah bahwa paduan suara sorgawi itu adalah 144.000. Mereka adalah orang-orang yang pernah mengalami kemenangan secara langsung.
- 23 Lihat komentar tentang "lagu baru" dalam pelajaran "Anak Domba Itu Layak," dalam "Wahyu, 3."
- 24 Untuk petunjuk lain mengenai "lagu baru" yang dinyanyikan oleh 144.000 jiwa, lihat lagu kemenangan dalam pasal berikutnya: 15:2-4.
- 25 Daniel Russell, Preaching the Apocalypse (New York: The Abingdon Press, 1935), 185.
- 26 Myer Pearlman, Windows Into the Future: Devotional Studies in the Book of Revelation (Springfield, Mo.: Gospel Publishing House, 1941), 127. Untuk diskusi terkait, lihat catatan tentang "nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya"(2:17) dalam pelajaran "Gereja Di Kota Dosa," dalam "Wahyu, 2."
- 27 Ungkapan "ditebus dari bumi" bisa menunjukkan bahwa mereka tidak lagi di bumi, atau mungkin hanya berarti bahwa darah Kristus memisahkan mereka dari dunia (Yohanes 17:16).
- 28 Pearlman, 127.
- 29 Saksi-Saksi Yehovah mengajarkan bahwa "144.000" itu harus diartikan sebagai bilangan harfiah. Saya juga telah diberitahu bahwa, awalnya, kelompok Advent Hari Ketujuh mengajarkan bahwa 144.000 orang harfiah akan masuk sorga, tetapi ketika organisasi mereka sendiri melebihi jumlah tersebut, mereka meninggalkan ajaran itu.
- 30 Tidak semua ini adalah komentator Katholik, beberapa adalah orang Protestan. Beberapa komentator Protestan "liberal" menganggap Yohanes gila karena menganut keyakinan itu, tapi mereka bersikeras bahwa Yohanes sedang mengajarkan perlunya hidup selibat dalam nas ini.
- 31 Hal ini sudah diramalkan oleh Paulus (1 Timotius 4:3) dan mengakibatkan pembentukan biara-biara dan kesusteran-kesusteran.
- 32 Paulus pernah menulis bahwa "mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya"(1 Korintus 7:26)-yaitu, tidak menikah (lihat 1 Korintus 7:1). Hal ini, bagaimanapun, merupakan saran khusus untuk situasi unik dan bukan larangan pernikahan sepenuhnya.
- 33 Para pemimpin gereja mula-mula, para rasul, menikah (Markus 1:30; 1 Korintus 9:5).
- 34 Saya tidak ingin berlebihan menyatakan kasus saya. Keadaan selibat tidak lebih suci daripada keadaan menikah, tapi keadaan menikah juga tidak lebih suci daripada keadaan selibat. Mereka yang tidak menikah dapat memberikan pelayanan yang unik kepada Tuhan. (Lihat Matius 19:10-12.)
- 35 Lihat komentar tentang perempuan mengandung dalam pelajaran "Kenalilah Musuh Anda," dalam "Wahyu, 6."
- 36 Lihat juga Efesus 5:25-27. Roma 7:4 bicara tentang orang-orang Kristen yang dinikahkan dengan Kristus.
- 37 Alkitab NASB menulis "kemesuman," tetapi dalam teks Yunani kata itu adalah porneia, kata untuk "percabulan" (lihat KJV). Untuk nas-nas lain di dalam Kitab Wahyu yang mengacu kepada penyembahan berhala sebagai percabulan, lihat 17:2, 4; 18:3, 9; 19:2.
- 38 Mereka yang yakin bahwa 14:1-5 menggambarkan bala tentara Tuhan menunjukkan bahwa, dalam Perjanjian Lama, para tentara harus menahan diri dari aktivitas seksual sebelum pertempuran. (Lihat Ulangan 23:9, 10.) Mereka percaya bahwa ini adalah latar belakang bagi gambaran yang digunakan di sini.
- 39 Lihat catatan kaki 30 dalam pelajaran "Gereja Di Kota Dosa," dalam "Wahyu, 2."
- 40 Lihat Markus 2:14; 10:21; Lukas 9:59; Yohanes 1:43; 21:19-22.
- 41 David F. Burgess, comp., Encyclopedia of Sermon Illustrations (St. Louis, Mo.: Concordia Publishing House, 1988), 80. Ungkapan tepat yang digunakan adalah "Saya adalah kapas": "Kapas" di beberapa negara mengacu kepada "benang." Gunakanlah istilah apa saja yang dikenal baik oleh pendengar Anda.
- 42 Saya belum memperluas konsep panggung kemenangan karena konsep ini mungkin tidak dapat dipahami di seluruh dunia. Bagaimanapun, jika para pendengar Anda mengenal baik gambaran ini, Anda mungkin ingin membandingkan adegan di 14:1-5 itu dengan atlet yang menang yang berdiri di atas panggung kemenangan dengan medali emas Olimpiade di lehernya seraya lagu kebangsaannya dimainkan.
- 43 Beberapa orang melihat di dalam ungkapan "korban-korban sulung" adanya bukti bahwa 144.000 jiwa itu tidak melambangkan semua orang Kristen, tetapi hanya mereka yang hidup dan mati pada gereja abad pertama dan yang pertama dari banyak orang setia yang mati. Penafsiran ini mungkin benar, karena istilah "korban-korban sulung" dapat memiliki konotasi ini. (Lihat Roma 16:5, KJV; 1 Korintus 15:23. 16:15) Namun begitu, seorang penulis menunjukkan, "Meskipun kata Yunani yang diterjemahkan 'korban-korban sulung' awalnya bermakna tanda yang dipersembahkan kepada Allah yang membuka panen susulan untuk penggunaan sekuler, dalam LXX [Septuaginta, terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani] istilah itu akhirnya, lebih sering daripada tidak, menandakan tidak lebih dari persembahan atau pemberian" Mounce, 271).
- 44 Kata Yunani yang diterjemahkan "tidak bercela" di Wahyu 14:5 diterjemahkan sebagai "tidak bercacat" di 1 Petrus 1:19.
- 45 Lihat juga 21:27.
- 46 McGuiggan, 217.
- 47 Lihat poin utama yang pertama dalam pelajaran "Menempatkan Segalanya Di Tempat Sebenarnya," dalam "Wahyu, 3."
- 48 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, tekankanlah bahwa hubungan seseorang dengan Tuhan harus tepat sebelum ia dapat mengandalkan Tuhan untuk bantuan dan berkat. Anda mungkin ingin meninjau ulang beberapa materi tentang 144.000 dari pelajaran "Ketenangan Di Tengah Badai," dalam "Wahyu, 4." Tekankanlah bahwa jika seseorang adalah anggota setia gereja, maka ia adalah salah satu dari 144.000 itu.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi